275

Selasa, 28 Juni 2016 keluarga Edukator Museum Yogyakarta mengadakan ngabuburit bareng museum di Museum TNI AD Dharma Wiratama. Kegiatan ini diadakan dalam rangka mendekatkan museum kepada masyarakat disekitar museum, terutama anak-anak. Karena museum saat ini sudah dituntut mampu membaur dengan masyarakat. Salah satu fungsi museum sebagai wahana rekreasi, yaitu mengajak masyarakat terutama anak-anak untuk bermain di museum dan mengenal museum lebih dekat. Dengan mendekatnya museum kepada msyarakat, fungsi sebagai sarana pembelajaran masyarakat dengan sendirinya akan berjalan. Masyarakat menjadi sadar untuk berkunjung kemuseum karena kebutuhan akan pengetahuan dan wawasan baru.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari pihak museum TNI AD Dharma Wiratama dan pihak Dinas Kebudayaan DIY. Untuk peserta sendiri, keluarga Edukator Museum Yogyakarta sengaja mengundang anak-anak TPA yang berada disekitar museum untuk berbuka puasa bareng museum, yaitu TPA masjid Al-Hasan dan TPA masjid Jami Sagan. Disamping itu, anak-anak juga diajak berkeliling museum untuk melihat koleksi-koleksi yang ada dimuseum. Kegiatan ini berhasil menarik kurang lebih 200 orang untuk berkunjung berkeililing museum sembari menunggu waktu berbuka puasa dan sekaligus berbuka puasa di Museum. Hal yang jarang terlintas dibenak anak-anak, ketika berbuka puasa namun tempat berbuka puasa berada di museum. Anak-anak dapat dua hal sekaligus, yakni kesenangan mengunjungi museum dan pengetahuan baru akan pentingnya sebuah museum.

Anak-anak TPA beserta peserta lain termasuk para edukator dibawa berkeliling museum TNI AD Dharma Wiratama yang memiliki ruangan berjumlah 21 ruang. Peserta mengunjungi ruangan pertama yakni ruang pengantar, ruang tersebut berisikan foto-foto mantan KSAD (Kepala Staff Angkatan Darat) terdahulu hingga saat ini. Kemudian beranjak ke ruang seanjutnya, yaitu ruang Panglima Jenderal Besar Sudirman beserta wakilnya yaitu Letnan Jenderal Urip Sumoharjo. Kedua tokoh ini sangat berjasa bagi TNI, dahulunya bernama TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Letjen Urip Sumoharjo berjasa kepada TNI karena sebagai peletak dasar-dasar Organisasi TNI. Sedangkan Panglima Jenderal Besar Sudirman dikenal akan jasanya ketika melaksanakan perang gerilnya selama 7 bulan menghindari kejaran tentara Belanda. Disamping itu, kedua tokoh tersebut berkantor sebagai pimpinan TNI yang dulunya TKR di bangunan yang sekarang dijadikan museum.

Setelah itu peserta dibawa berkeliling melihat ruang palagan, yaitu ruang yang menggambarkan peristiwa palagan atau peperangan dibeberapa daerah dalam mempertahankan kemerdekaan, salah satu contohnya yaitu palagan Surabaya yang dikenal dengan tokohnya yaitu Bung Tomo dan sekaligus sampai sekarang diperingati sebagai hari pahlawan. Setelah itu peserta berpindah masuk keruang senjata dan dapur umum. Diruang senjata, anak-anak sangat antusias, terutama dengan senjata yang asli buatan pejuang waktu dulu. Senjata yang masih sangat sederhana buatan pribumi. Sedangkan didapur umum peran wanita sangat dominan disini, diera perjuangan tidak hanya kaum laki-laki saja yang berjuang dimedan peperangan, namun kaum wanita juga turut ambil andil yaitu dengan menjadi satuan khusus di dapur umum. Menyiapkan semua logistik yang berupa makanan untuk para kaum laki-laki yang berjuang digaris depan.

Setelah diajak berkeliling, peserta terutama anak-anak diajak untuk menonton film animasi Palagan Ambarawa. Salah satu palagan yang terjadi di repubik. Peristiwa ini diawali dari masuknya pasukan sekutu dari Semarang munuju kearah seatan, Magelang dan Jogja. Namun terjadi konfrontasi dengan pasukan republik. Pertempuran ini berlangsung dari bulan November-Desember 1945. Peristiwa ini merenggur putra terbaik bangsa yaitu dengan gugurnya pahlawan Letkol Isdiman. Maka Kolonel Sudirman menggantikan tugas Letkol Isdiman sebagai komandan lapangan partempuran di Ambarawa. Dengan strategi yang dipersiapkan matang-matang oleh Kolonel Sudirman yang dikenal sebutan mangkara Yudha (supit urang) yaitu pertempuran dengan mengepung dan menyerang dari segala arah. Akibatnya pasukan sekutu meninggalkan Ambarawa dan menuju ke Semarang, sehinga Ambarawa dapat dikuasai oleh prajurit republik.

Setelah diajak berkeliling, anak-anak berfoto didepan museum sembari melihat betapa besarnya bangunan museum yang khas dengan bangunan kolonial ini. Setelah itu barulah peserta bersiap-siap untuk berbuka puasa. Kegiatan ini adalah salah satu bentuk promosi dari museum melalui edukator museum. Menarik minat masyarakat untuk berkunjung kemuseum dan menyukai museum. Melihat dari sisi positif bahwa museum bukan lagi tempat yang menyeramkan, namu tempat yang cozy sebagai alternatif tempat bermain sekaligus berwisata. Hal seperti ini yang nantinya akan terus dilaksanakan oleh para edukator museum di Yogyakarta. Salam sahabat museum.

Penulis :Eko Ashari

Categories: _kontenlama