244

Jakarta Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 yang jatuh pada 9 Maret 2016, berbagai rangkaian ibadah dilaksanakan. Umat Hindu dari 15 pura se-Jabodetabek berkumpul untuk melaksanakan Tawur Agung Kesange di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta, Selasa (8/3). Kegiatan sakral ini masih menjadi rangkaian dari upacara Melasti yang dilaksanakan pada Minggu,(6/3).

Tawur Agung Kesanga adalah membayar hutang kepada alam. Sebagaimana kita tahu bahwa selama ini manusia banyak memanfaatkan sumber alam seperti air, udara, tumbuhan untuk bertahan hidup. Inilah persembahan untuk alam. Selain itu, Tawur Agung Kesange pun bertujuan menghilangkan hawa nafsu seperti kedengkian, kemarahan, keserakahan yang melekat dalam diri untuk evaluasi diri, tukas Ketua Panitia Nyepi, I.B Djayaspati.

Acara diawali dengan laporan kegiatan oleh Ketua Panitia Nyepi DKI Jakarta, I.B.Djayaspati lalu pemberian air suci oleh pindita untuk dipercikkan kepada para umat. Berbagai tarian juga menjadi rangkaian prosesi Tawur Agung Kesange yakni tarian yang dibawakan oleh wanita usia dini (Rejang Dewa), laki-laki usia dini (Baris Tombak), dan Tari Topeng menjadi rangkaian ibadah. Dalam Tari Topeng tak hanya tarian yang dipertunjukkan namun terdapat pula cerita pelaksanaan Nyepi menurut kisah para leluhur.

Kemudian, persembahyangan bersama Tri Sandya dan Kramaning Sembah, Nunas Wangsupada. Prosesi selanjutnya adalah Nyarub Caru, para pindita memukuli, mengobori, memukul kentongan demi mengusir buta kala. Nunah Tirta menjadi prosesi terakhir, yakni para pemuka agama Hindu memercikkan air suci sebagai simbol anugerah dari Tuhan.

Tawur Agung Kesanga pada tahun ini cukup berbeda dengan tahun sebelumnya. Adanya keterbatasan lokasi membuat para umat tidak bisa menampilkan Festival Ogoh-Ogoh, seperti tahun lalu. Namun pada hakikatnya, tujuan dari beribadah yakni penyembahan terhadap Sang Pencipta, menciptakan suasana kekeluargaan antar umat manusia, dan pemeliharaan lingkungan dapat terlaksana dengan khidmat.

Categories: Uncategorized