Lembar demi lembar benang dirajut menjadi noken bernilai tinggi. Bahan bakunya pun bermacam-macam, ada yang terbuat dari serat pohon, kulit kayu, daun pandan hingga rumput rawa. Semua tergantung dari kesediaan bahan baku dan aturan yang berlaku di masing-masing daerah.

Noken merupakan kerajinan tangan khas masyarakat Papua yang berbentuk tas. Fungsinya pun beragam, namun umumnya digunakan untuk mengangkut kayu bakar, hasil panen atau barang belanjaan. Pembuatannya yang tidak sebentar membuat tas ini memiliki harga jual yang tinggi. Tak heran, benda serba guna satu ini menjadi  buah tangan khas Papua yang diminati para pelancong domestik atau mancanegara.

Masing-masing suku, seperti halnya Suku Arfak di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, menggunakan batang serat pohon sebagai bahan baku noken. Di kabupaten tersebut, ranting pohon diambil dan dibersihkan kulit luarnya. Ranting pun dikeringkan sebelum dipisahkan serat pohon dari batangnya.

Beda batang serat pohon beda pula kulit kayu dalam proses mendapatkan benang. Di Suku Maybrat, Sorong Selatan, mereka biasa mengambil kulit kayu di bekas ladang karena di sana terdapat pohon muda yang tidak terlalu sulit diambil serat pohonnya.

Prosesnya mendapatkan serat menjadi benang pun tidak sebentar. Setelah ranting diambil, kulit luarnya mulai dibersihkan. Setelah itu ranting dikeringkan sebelum dipatah-patahkan menggunakan tangan untuk memisahkan serat pohon dari batang. Selain itu, ada pula yang meredam selama beberapa hari agar lebih mudah memisahkan kulit dan sari pohon dengan batang kayu tersebut. Sebab, batang pohon yang sudah lunak tersebut sangat mudah dikuliti.

Merajut tas ini bukan hanya sekadar menciptakan sebuah kerajinan baru. Ada cerminan dari ide-ide yang tertuang dari pikiran lalu diterjemahkan lewat kerajinan tangan. Lebih tepatnya lewat noken daya karsa dan cipta masyarakat Papua.

Di balik itu, hal yang mereka lakukan ialah mempertahankan kearifan mata budaya suku bangsa, sekaligus mempertahankan keunikannya. Apalagi menganyam noken merupakan ketangkasan para mamak (sebutan untuk wanita di Papua) yang mengedepankan daya pikir alami. Pada akhirnya noken merupakan hasil imajinasi masyarakat menurut potensi alam.


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *