Berbicara tentang budaya, bukan hanya menyangkut adat istiadat atau pun  kesenian dan aspek-aspek lainnya. Ada pula budaya asing yang turut mewarnai keragaman budaya itu sendiri. Ki Hajar Dewantara pun memiliki pandangan akan hadirnya kebudayaan asing yang begitu menyelimuti ibu pertiwi. Terlebih, kala itu Taman Siswa berdiri di atas keragaman budaya lokal maupun asing.

Disinggung masalah kebudayaan, pria yang dikenal dengan nama Bapak Taman Siswa ini berpendapat bahwa kebudayaan merupakan buah budi manusia yang beradab. Apa pun kondisi dan situasi di mana seseorang berdiri, kebudayaan akan selalu mengelilingi. Kebudayaan juga mampu memberikan dua kekuatan, yakni kodrat alam dan masyarakat. Dua kekuatan itulah, menurut Ki Hajar Dewantara, selalu memberikan warna tersendiri di masing-masing bangsa.

Hanya saja, Ki Hajar Dewantara menyarankan untuk menyaring kebudayaan asing ketimbang menelannya bulat-bulat. Memilih apa yang baik bagi hidup dan penghidupan. Mengisolasi budaya asing juga bukanlah cara yang terbaik. Ia menyarankan untuk selalu menjalin hubungan antara kebudayaan dan kodrat masyarakat. Ini dilakukan agar kebudayaan tidak cenderung mundur dan mati.

Di sisi lain, pria bernama lengkap Raden Mas Soewardi Soejadiningrat ini beranggapan mengambil unsur-unsur kebudayaan lain merupakan hal-hal yang sah saja. Namun dirinya pun menyoroti tentang kemajuan kebudayaan yang ada. Menurutnya, kemajuan kebudayaan haruslah berupa lanjutan dari kebudayaan sendiri (kontinuitas) dan menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergen). Jika diibaratkan sebagai makanan, boleh menjadikan budaya asing sebagai bahan namun tetap diolah dan ‘diracik’ sesuai dengan ‘resep’ sendiri. Ini dilakukan agar tak kehilangan jati diri.

Sumber: Buku Ki Hajar Dewantara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. 1989.

Categories: Nilai Budaya

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *