Rempah menjadi kebutuhan komoditas yang mendunia. Selain dikonsumsi di dalam negeri, hasil bumi yang satu ini juga diperdagangkan hingga ke berbagai negara. Sebut saja Portugis, Inggris, Belanda, Mesir, India dan negara-negara lainnya. Konsumsi rempah di zaman dinasti Cina juga meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi di negara tirai bambu tersebut, khususnya untuk jenis rempah pala, cengkih dan lada.

Permintaan Tiongkok terhadap komoditas rempah-rempah yang dihasilkan oleh Indonesia meningkat di zaman Dinasti Tang pada (abad ke 7-9). Dinasti Tang mengalami kemakmuran setelah mengembangkan kebijakan ekonomi yang dilandasi oleh sikap toleran terhadap perdagangan internasional. Kemakmuran ini mengantarkan permintaan rempah yang cukup banyak dibandingkan abad-abad sebelumnya. Dinasti Tang juga menjadi faktor penentu yang mendorong tumbuhnya kerajaan Sriwijaya pada abad ke-8 dan 9 menjadi kekuatan maritim yang dominan di Indonesia bagian barat.

Di masa Dinasti Tang, rempah-rempah begitu diminati karena memiliki kegunaan yang beragam. Diantaranya untuk masakan, obat-obatan, kecantikan, hingga bahan penyegar mulut. Bahkan, salah satu kaisar pada zaman Dinasti Han (abad ke-3) sebelum Masehi mewajibkan semua orang untuk mengunyah cengkih ketika berbicara dengannya.

Kejayaan rempah di dinasti negeri tirai bambu ini rupanya terus berlanjut hingga ke abad 17 atau pada Dinasti Ming. Kaisar Yongle mengirim enam ekspedisi maritim yang menjadi awal mulanya lonjakan permintaan terhadap produk-produk Asia Tenggara, termasuk rempah-rempah yang kala itu banyak dicari para pedagang dari seluruh penjuru dunia.

Dari meningkatnya kebutuhan rempah di zaman dinasti Cina ini dapat disimpulkan bahwa rempah memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi di masa itu. Rempah-rempah juga menjadi suatu wahana penting dalam perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sebab, baik lada, cengkih dan pala menjadi rempah yang banyak dicari karena kemampuannya yang tahan lama tanpa kehilangan rasa dan aroma meski disimpan bertahun-tahun lamanya.

 

Sumber: Artikel disarikan dari Jurnal Sejarah Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud RI. Jejak Nusantara: Jalur Rempah Sebagai Simpul Peradaban Bahari. Vol 4 No. 3, Desember 2016.

 

Categories: Sejarah

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *