Kesamaan bagian Candi Borobudur dengan unsur dalam suatu mandala, terutama yang digambarkan dalam Dharmadhatu-mandala dan Vajradhatu-mandala. Sejumlah patung yang menduduki relung-relung di empat penjuru mataangin mirip dengan empat budha yang mengelilingi Budha Tertinggi (Adibudha) dalam mandala Vajradhatu. Paduan kala-makara pada pintu masuk candi beserta pagar langkan yang mengelilingi teras pertama berbentuk persegi pada Candi Borobudur merupakan gambaran dari Dharmadhatumandala. Meskipun diakui ada kesulitan besar untuk menafsirkan secara khusus dan rinci konsep mandala yang diterapkan di candi ini, tetapi diyakini candi ini adalah mandala dalam arti ruang yang telah dibersihkan dari kekuatan jahat, sehingga para dewa dapat diundang datang ke tempat ini. Di tempat ini pula para rahib terbantu mendapatkan kesadaran yang lebih tinggi.

Secara lebih rinci, gambaran Candi Borobudur sebagai mandala juga diuraikan oleh Huntington (1997). Ia menghubungkan candi ini dengan konsep-konsep yang ada dalam Avatamsakasutra atau Buddhavatamsaka serta satu teks klasik dari Mahavairo-cana Tantradan sependapat dengan Krom (1927). Lihat juga Miksic, 1990) bahwa patung-patung Budha yang terdapat pada relung-relung di atas empat teras terbawah dari Candi Borobudur tidak lain adalah tokoh-tokoh Jina yang menempati empat penjuru dunia dalam mandala Vairocana : Aksobhya bersikap tangan bhumisparsamudra di timur, Ratnasambhawa bersikap varadamudra di selatan, Amitabha bersikap dhyanamudra di barat, serta Amoghasiddhi bersikap abhayamudra di utara. Huntington sendiri menafsirkan patung di teras kelima sebagai perwujudan dari Akanistha. Yaitu tokoh Vairocana atau Sakyamuni yang masih berada di dunia dan mengajarkan Mahavairocanasutra, terutama dalam konteks pancajina mandala.

Sementara itu, patung yang ada di stupa terawang tidak lain adalah Vairocana. Dalam teks Avatamsakasutra disebut sebagai ‘yang tak-terlihat dan tak-diketahui’ (the Unseeable and Unknowable). Vairocana ini dapat dilihat dan diketahui hanya jika melalui wujud nyata Sakyamuni. Sifat Vairocana yang ‘tak terlihat dan tak-diketahui kecuali lewat pengalaman langsung’ inilah yang diwujudkan oleh arsitek Candi Borobudur. Yaitu dengan meletakkan patung Vairocana dalam stupa terawang. Sehingga patung Vairocana yang ada di dalamnya ‘kadang terlihat, kadang takterlihat’.  Huntington yakin bahwa Candi Borobudur adalah perwujudan dari mandala yang dikonsepsikan dalam dua teks Buddhis. Yaitu Avatamsakasutra, khususnya dari bagian Gandavyuha, dan satu teks lain yang belum jelas dari kelompok Mahavairocanasutra

 

SUMBER: Balai Konservasi Borobudur

Categories: Featured

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *