Tarian Sining yaitu salah satu tarian masyarakat Gayo, Aceh yang berada diambang kepunahan. Tarian ini tidak pernah lagi dipentaskan dalam kurun waktu yang cukup lama. Tari Sining diperkirakan muncul dan sering digunakan pada sekitar abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dalam kehidupan masyarakat Gayo tempo dulu, tari ini digelar dalam dua prosesi adat yaitu prosesi saat mendirikan rumah baru, dan sebagai bagian dari prosesi upacara memandikan dan penobatan raja (munikni reje). Pada prosesi mendirikan rumah, Tari Sining ditarikan di atas kayu (bere lintang) yang melintang di antara dua fondasi dengan ketinggian mencapai 8 hingga 12 meter di atas permukaan tanah. Sehari sebelumnya, tari ini juga ditarikan di atas dulang dalam posisi merapat ke tanah.

Sumber gambar: lintasgayo.co

Pada prosesi kedua, Tari Sining dilakukan ketika akan melantik atau menobatkan seorang raja. Tarian digelar di tempat terbuka (lapangan) atau dekat dengan sumber air (pinggiran danau). Sebagai bagian dari prosesi penobatan, Tari Sining juga dilaksanakan secara berkala setiap tahunnya kepada raja sebagai simbol pembersihan diri atas segala khilaf selama memimpin.

Gerakan Tari Sining sangat dinamis dan heroik. Tidak sembarang orang dapat melakukan tarian ini di atas bere lintang. Hanya laki-laki yang melakukan puasa sehari sebelum menari sehingga unsur magis-religius juga melekat pada tari ini. Diiringi syair mistik dan kuat, Tari Sining dapat digambarkan sebagai tari yang indah, energik, dinamis dan simbolik yang mengambarkan dan menirukan gerakan burung ungau dan burung wo. Filosofi tari ini adalah sebagai simbol kekuatan, keteduhan, kedamaian dan keharmonisan antara penghuni rumah dengan alam. Tari Sining terakhir kali ditarikan pada tahun 1946. Mengingat kondisinya saat ini, maka perlu adanya sebuah upaya rekonstruksi. Berangkat dari kondisi tersebut, melalui kegiatan revitalisasi seni oleh Direktorat Kesenian, maka diformulasikanlah konstruksi penampilan Tari Sining dengan harapan tari ini akan kembali dikenal oleh masyarakat dan bangkit kembali.

Sumber: BNPB ACEH

Admin: Kiki Setiaviranti


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *