Musik tak hanya sebagai tempat berkarya bagi Ismail Marzuki, berawal dari sana jugalah ia bertemu dengan tambatan hatinya, Nyi Eulis Zoraida, wanita asal Bandung yang sama-sama memiliki kegemaran di bidang musik. Harmoni dan nada-nada indah yang uraikan Nyi Eulis Zoraida lewat bibir kecilnya, membuat hati pencipta lagu Indonesia Tanah Pusaka ini berdetak. Bak getaran gaib yang datang secara tiba-tiba hingga keduanya terpanah asmara.

Pertemuan dengan Nyi Eulis Zoraida berawal dari sebuah kompetisi musik. Ismail Marzuki yang kala itu baru berusia 24 tahun, menjadi pengiring musik untuk para peserta biduan dan biduanita. Di antara para penyanyi wanita, Eulis begitu menarik perhatian Ismail Marzuki. Hingga pada waktu 1940, keduanya memutuskan untuk merajut kehidupan ke jenjang pernikahan. Meski saat itu diketahui Nyi Eulis Zoraida pernah gagal mempertahankan rumah tangganya terdahulu yang tergolong singkat.

Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama sang suami, Eulis tak ragu membuka lapak kecil berjualan gado-gado. Maklum, penghasilan sang suami tak seberapa besar. Apalagi pria kelahiran 11 Mei 1914 itu enggan bekerja sama dengan penjajah dan lebih suka mencari penghasilan melalui karya-karyanya. Menjadi guru privat bahasa Inggris juga dilakoni pemimpin Orkes Studio Jakarta (OSD) itu.­­

Eulis menjadi saksi sejarah atas lahirnya karya-karya sang suami. Bahkan, Ismail kerap menjadikan istri tercinta sebagai sumber inspirasi lagu-lagu romantis yang ia ciptakan. Ia pun paham betul bagaimana pencipta lagu “Oh Sarinah” tersebut melahirkan karya-karya barunya. Apabila ilham tersebut muncul, entah pagi ataupun malam, Ismail mengurung diri di kamar sampai berjam-jam lamanya. Sesekali terdengar bunyi ketukan piano yang dirasa Eulis sukar dipahami. Ismail menolak diganggu gugat. Hingga pada suatu hari, suaminya pun menyuruh istrinya agar mengurungkan niat bertanya-tanya saat dirinya tengah menyelesaikan lagu barunya.

“Timbul respek dan penghargaan saya kepadanya lebih dari yang sudah-sudah. Tidak hanya penghargaan, tetapi welas asih yang semakin besar kepadanya. Kini saya sadarlah bahwa lagu-lagu Ismail Marzuki tidak hanya lahir berkat kepandaian dan inspirasi, tetapi dengan hati jiwa, bahkan keselamatan dirinya ikut dikorbankan, dipersembahkannya! Meskipun saya disuruh tidur, tetapi saat-saat seperti ini ia memerlukan bantuan saya,” tegas Eulis.

Usai merampungkan lagunya, Eulis selalu dipanggil Ismail untuk mencoba menyanyikan lagu tersebut. Dengan demikian, maka hampir semua lagu ciptaan Ismail Marzuki setelah berumah tangga, yang pertama-tama menyanyikan ialah Eulis Zoraida sendiri.

Sumber: Firdaus Burhan.1983.Ismail Marzuki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional: Jakarta.

Categories: Tokoh

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *