Sebagai kerajaan tertua di Pulau Jawa bagian barat, Kerajaan Tarumanagara meninggalkan banyak prasasti. Isinya mendokumentasikan peradaban serta keperkasaan rajanya, Sri Purnawarman. Sebagai seorang raja, Sri Purnawarman memerlukan bukti yang mengesahkan kewenangannya dalam mengatur tata kelola kerajaan. Oleh sebab itu, pembuatan prasasti sebagai bentuk legitimasi mutlak diperlukan, guna mengukuhkan kewenangan dan kewibawaan Sri Purnawarman sebagai seorang raja.

Legitimasi seorang raja acap kali merujuk pada tokoh yang dianggap suci dan memiliki kekuatan spiritual yang tinggi, para Dewa misalnya. Oleh sebab itu, para raja akan meligitimasi kekuasaanya dengan menyebut dirinya sebagai wakil Dewa di dunia. Dengan demikian, simpati dan rasa hormat dari masyarakat pun akan diperoleh oleh sang raja.

Untuk memperoleh legitimasi atas kekuasaannya sebagai raja Tarumanagara, Sri Purnawarman membuat beberapa prasasti yang ditempatkan di beberapa titik aliran sungai. Prasasti-prasasti tersebut adalah Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Pasir Jambu. Ketiga prasasti tersebut saat ini berlokasi di Kecamatan Cibungbulan dan Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

2. Prasasti Ciaruteun

Dalam Prasasti Ciaruteun, Sri Purnawarman melegitimasi kekuasaannya dengan merujuk kepada Dewa Wisnu sebagai salah satu Dewa tertinggi dan shtiti (pemelihara) dalam agama Hindu. Dalam Prasasti Ciaruteun, disebutkan bahwa Sri Purnawarman memiliki telapak kaki yang serupa dengan telapak kaki Dewa Wisnu. Telapak kaki terpahat dalam Prasasti Ciaruteun membuktikan hal tersebut. Di samping itu, terdapat empat baris puisi berirama anustubh yang berbunyi:

  • vikkrāntāsyā vanipateḥ
  • śrīmataḥ pūrṇṇavarmmaṇaḥ
  • tārūmanagarendrasya
  • viṣṇor=iva padadvāyaṃ ||

Bila diterjemahkan, keempat baris puisi tersebut berarti “Inilah sepasang (telapak) kaki, yang seperti (telapak kaki) Dewa Wiṣṇu, ialah telapak kaki Yang Mulia Pūrṇṇawarman, raja di negara Tārūma (Tārūmanagara), raja yang gagah berani di dunia”.

Bila merujuk pada keempat baris puisi tersebut, Sri Purnawarman melegitimasi dirinya sebagai manivestasi Dewa Wisnu di dunia. Oleh sebab itu, rakyat harus tunduk dan patuh kepada perintah Sri Purnawarman, sebagaimana rakyat harus memuja Dewa Wisnu.

2.    Prasasti Kebon Kopi

Berbeda dengan Prasasti Ciaruteun, dalam Prasasti Kebon Kopi, terpahat telapak kaki gajah milik Sri Purnawarman. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa gajah tunggangan Sri Purnawarman seperti Airawata, yakni vahana atau kendaraan Dewa Indra. Berikut adalah alih aksara Prasasti Kebon Kopi dan terjemahannya:

—-jayaviśālasya tārūme(ndra)sya ha(st)inaḥ —-(°airā) vatābhasya vibhātīdam=padadvāyaṃ ||

“Di sini tampak sepasang tapak kaki … yang seperti (tapak kaki) Airawata, gajah penguasa Tārūmā (yang) agung dalam … dan (?) kejayaan”.

Asumsi terjemahan tersebut bahwa Sri Purnawarman melegitimasi kekuasaannya melalui  penyimbolan dirinya sebagai Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang, Dewa Cuaca, dan Penguasa Kahyangan dalam agama Hindu. Secara simbolis, vahana atau kendaraan yang ditunggangi oleh Sri Purnawarman dianggap sama seperti milik Dewa Indra. Dengan perkataan lain, Sri Purnawarman melegitimasi dirinya sebagai Dewa Indra di kerajaan Tarumanagara.

3. Prasasti Pasir Jambu

Di samping menggunakan simbol-simbol religiusitas Hindu, Sri Purnawarman juga mencitrakan dirinya sebagai raja yang tangguh, perkasa, dan ditakuti musuh sehingga layak untuk dihormati oleh rakyatnya. Dalam Prasasti Pasir Jambu, Sri Purnawarman disebut sebagai raja yang gagah dan termasyhur. Berikut adalah alih aksara dan terjemahan Prasasti Pasir Jambu.

  • śrīmān=dātā kṛtajño narapatir=asamo yah purā [tā]r[ū]māya[ṃ] | nāmnā śrīpūrṇṇavarmmā pracuraripuśarābhedadyavikhyātavarmmo |
  • tasyedam=pādavimbadvayam=arinagarotsādane nityadakṣam | bhaktānām yandripāṇām=bhavati sukhakaraṃ śalyabhūtaṃ ripūṇām

“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin yang tiada taranya-Yang Termashur Śrī Pūrṇṇawarman-yang sekali waktu (memerintah) di Taruma, dan yang baju zirahnya terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya”.

Dalam terjemahan tersebut, terdapat atribut-atribut maskulinitas yang mengindikasikan kegagahan dan wibawa Sri Purnawarman sebagai seorang raja. Dengan demikian, Prasasti Pasir Jambu merupakan prasasti yang berisi puji-pujian terhadap Sri Purnawarman. Puji-pujian tersebut turut melegitimasi kekuasaan Sri Purnawarman sebagai seorang raja yang memerintah di Tarumanagara. (Indrawan Dwisetya Suhendi-Sub Direktorat Registrasi Nasional)

Sumber:

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/tiga-prasasti-tarumanagara-bukti-legitimai-kekuasaan-raja-purnawarman/

Categories: Sejarah

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *