Tarian Zapin merupakan salah satu tarian tradisional Melayu yang berasal dari bahasa Arab “Zaffan” yang artinya penari dan “Alzafin” yang artinya gerak kaki.

Perjalanan zapin dari Indonesia tiada lain karena adanya proses islamisasi yang dilakukan para pedagang Arab. Zapin Arab berkembang di Indonesia bersama dengan proses islamisasi berbagai penjuru termasuk Indonesia yang terkenal dengan penghasil rempah- rempah sehingga menarik minat para pedagang untuk datang ke Indonesia.

Zapin merupakan kesenian yang keberadaannya diakui oleh masyarakat setempat, zapin hidup dan berkembang di nusantara karena merupakan warisan masa lampau yang berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana yang tadi dikatakan pada awal bahwa kebenaran zapin tidak terlepas dari proses islamisasi Nusantara. Salah satu negara yang dimasuki bangsa Arab adalah Siak melalui perkawinan yakni ketika Sultan Siak ke empat yakni Sultan Alamudin Syah menerima menantu seorang laki- laki dari keturunan Arab.

Pada mulanya tarian ini adalah sebagai tarian hiburan di Istana Kerajaan Siak. Tarian Zapin dapat ditemukan pada perhelatan perkawinan, khitanan, syukuran, pesta desa, sampai peringatan hari besar Islam. Penari zapin hanya dilakukan oleh laki-laki, diiringi musik ensamble yang terdiri dari pemain marwas, gendang, suling, biola, acordion, dumbuk, harmonium dan vokal. Dan pakaian yang digunakan para penari zapin adalah pakaian Melayu yang longgar agar lebih mudah bergerak, dan biasanya digunakan baju kurung Melayu. Gerak tari Zapin diinspirasikan dari kegiatan manusia dan alam lingkungan. Misalnya titi batang, anak ayam patah, siku keluang, sut patin, pusing tengah, alif dan lainnya.

Filosofi gerak tari zapin :

  • Filosofi alif sembah : Berdiri lurus seperti alif, sembah duduk bersimpuh bermakna sebagai pembuka, sikap hormat, dan bersopan santun.
  • Ragam alif : digunakan sebagai pemula tarian zapin, akan tetapi disugguhkan pada acara biasa bukan pada helat resmi seperti menyambut tamu kehormatan, menari di hadapan sultan maupun raja dan pengantin.
  • Filosofi siku keluang : menggambarkan gerakan siku-siku yang jelas dan tegas mengandung makna memiliki semangat dalam kehidupan,kejelasan dan ketegasan sikap dalam bertindak
  • Filosofi anak ayam patah : bermakna memiliki kedisiplinan tinggi, kesungguhan berpendirian teguh dan kejujuran. Filosofi ini diambil dari ayam patah kaki yang sedang berjalan. Estetikanya adalah supaya indah dipandang dan cantik dan ada kemauan keras untuk motivasi kehidupan yang sempurna.
  • Filosofi pusing angin : yang dipelajari dari angin, karena angin datangnya tidak satu arah, ada yang dari barat, timur, selatan dan utara.
  • Filosofi sut mundur : mengumpamakan orang yang sedang berjalan berhenti sejenak lalu melakukan gerakan mundur dengan langkah yang teratur dan pasti sesuai hitungannya.
  • Filosofi pecah delapan pusing: kehidupan manusia sehari hari berputar seperti roda,ada kala di atas ada kala di bawah, sehingga kehidupan itu tidak pernah tetap. Sebab semua yang diciptakan Tuhan semua berubah dan tidak pernah abadi.
  • Filosofi mintak tahto : Melambangkan di mana penari apabila sudah merasa letih maka penari akan memberi gerakan minta tahto, sehingga pemusik akan mengerti, maka pemusik akan memberi kode untuk penari bisa berhenti. Tanda minta berhenti menari zapin, tanda ini dilakukan dengan 3 kali sembah ini bermakna sebagai menyampaikan rasa hormat terakhir.

Pada saat menari Zapin tangan kiri tidak digerakkan filosofinya adalah diambil dari zaman dahulu anak-anak pergi belajar mengaji di malam hari, kitab Alqur’an nya dikepit di tangan kiri dan tangan kanan memegang obor.

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900840

Nama Karya Budaya :Zapin Siak Sri Inderapura

Provinsi :Riau

Domain :Seni Pertunjukan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda

 

 

Sumber Teks: Direktorat WDB

Sumber Foto: Pojokseni.com

Categories: Nilai Budaya

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *