Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta atau dulu dikenal dengan nama Batavia menjadi pusat kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya. Tak heran peranan kuat Indonesia di dalam tatanan negara membuat mereka yang berasal dari daerah berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk menempuh pendidikan. Secara tidak sadar, terjadilah cultural exchange atau pertukaran kebudayaan antara suku-suku bangsa tersebut di kota yang satu ini.

Adalah STOVIA atau School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen, menjadi sekolah pendidikan dokter-dokter Indonesia satu-satunya yang menampung pemuda-pemudi dari berbagai daerah. Lambat laun, para pemuda pelajar daerah itu membutuhkan wadah dalam bentuk organisasi atau perkumpulan modern yang memiliki asas dan tujuan serta progrm kerja yang jelas. Organisasi-organisasi daerah ini menjadi cikal-bakal lahirnya Sumpah Pemuda, yang menyatakan bahwa Indonesia satu Tanah Air, bangsa dan bahasa.

Dalam perhimpunan tersebutlah mereka mulai belajar organisasi. Saat rapat pun mereka mulai belajar menguraikan serta mengutarakan argumentasi dan buah pikiran secara teratur dan tertib. Hanya saja organisasi tersebut masih berdasarkan dan berorientasikan daerah, provinsi dan suku, sehingga belum meliputi seluruh Tanah Air Indonesia. Adapun organisasi-organisasi pemuda yang berasas kedaerahan ialah sebagai berikut

1.Jong Java

Arti dari Jong Java ialah Jawa Muda atau Pemuda Jawa. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 12 Juni 1918 di Surakarta menggantikan nama organisasi sebelumnya yakni Trikoro Darmo. Cita-cita Jong Java adalah membina persatuan dan persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda pelajar “Jawa-Raya”. Adapun yang dimaksud Jawa-Raya ialah pemuda-pemuda dari daerah Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Perubahan nama dari Trikoro Darmo menjadi Jong Java antara lain untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan organisasi tersebut.

Seperti disebutkan di atas, pemuda yang diterima masuk di organisasi Jong Java ialah mereka yang hanya berasal dari Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Organisasi ini berusaha memajukan anggota-anggotanya serta menimbulkan rasa cinta terhadap bahasa dan kebudayaan sendiri. Di bidang kebudayaan, aktivitas yang ditonjolkan organisasi ini menggaungkan kesenian seni suara, gamelan dan tari-tarian. Kelompok ini secara tegas tidak melakukan kegiatan dan propaganda politik. Tokoh di balik berdirinya organisasi pemuda ini antara lain Wongsonegoro, Kuncoro, Mawardi, Sarwono dan beberapa pemuda lainnya.

2. Jong Sumatranen Bond

Pada tanggal 2 Desember 1917, di Batavia resmi berdiri organisasi pemuda bernama Jong Sumatranen Bond. Anggotanya tak lain pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sumatera. Jong Sumatranen Bond memiliki arti perserikatan atau perhimpunan pemuda-pemuda Sumatera. Seiring bertambahnya anggota, organiasai ini memiliki cabang di beberapa kota selain Jakarta, sebut saja Bogor, Bandung, Padang dan Bukittinggi, sedangkan pengurus besar Jong Sumatranen Bond berpusat di Batavia. Tokoh-tokoh Jong Sumatranen Bond yang terkenal antara lain Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, M. Tansil Babder Johan, Assaat, Abu Hanifah dan lainnya.

3. Sekar Rukun

Berbeda dari organisasi pemuda lainnya yang kerap membubuhkan nama ‘jong’, kumpulan pemuda asal Pasundan atau Parahiyangan (Jawa Barat) memilih nama Sekar Rukun sebagai identitas kelompoknya. Organisasi ini memilih untuk berdiri sendiri, tidak bergabung dengan Jong Java. Sekar Rukun berusaha agar anggota-anggotanya mecintai bahasa dan kebudayaan, dan melakukan kegiatan terutama di bidang sosial budaya dan kesenian.

4. Jong Minahasa

Organisasi ini bukan berasal dari Sumatera Barat, namun menjadi perkumpulan pemuda asal Minahasa, salah satu kabupaten di Sulawesi Utara. Jong Minahasa resmi berdiri pada tahun 1918 dan memuliki tujuan menggalang dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemudi Minahasa. Jong Minahasa berfokus pada kegiatan di bidang kesenian, olahraga, dan sosial-budaya. G.R Pantouw merupakan tokoh Jong Minahasa yang paling dikenal dan berpengaruh di antara anggota-anggota lainnya.

5. Jong Celebes

Jong Celebes yang berarti kumpulan organisasi dari Pulau Sulawesi memiliki anggota yang ruang lingkupnya jauh lebih besar dibandingkan Jong Minahasa. Anggotanya merupakan himpunan dari pemuda-pemudi dari berbagai suku, baik itu dari suku Minahasa, suku Sangir, suku Bolang Mongondrow, suku Gorontalo. Jika Jong Minahasa masih bersifat lokal, Jong Celebes sudah bersifat regional dan luas jangkauan wilayahnya. Sama seperti organisasi-organiasasi lainnya, Jong Celebe berfokus pada kegiatan yang mampu memajukan bidang sosial dan budaya.

6. Jong Bataks Bond

Pemuda dan pemudi dari daerah Batak (Sumatera Utara) juga tidak mau kalah dan tidak mau ketinggalan dari organisasi lainnya. Mereka mendirikan organisasi dengan nama Jong Bataks Bond, yang artinya pemuda-pemudi Batak. Maksud dan tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membinda persatuan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda dari Tanah Batak. Sama halnya dengan Jong Java, organisasi ini enggan mencampuri urusan politik dan hanya bergelut di bidang kebudayaan.

7. Jong Ambon

Selain pemuda dari berbagai Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi, pemuda Ambon yang tinggal di Batavia juga ikut mendirikan organisasi bernama Jong Ambon. Kegiatan organisasi ini melibatkan hal-hal yang berkaitan dengan olah raga, seni musik dan seni suara. Johannes Leimena merupakan tokoh yang dikenal dan cukup berpengaruh terhadap berdirinya organisasi yang satu ini.

8. Pemuda Kaum Betawi

Pemuda Kaum Betawi jugai tak ingin ketinggalan barisan menjadi bagian dari organisasi pemuda. Anggotanya terdiri dari pemuda-pemuda penduduk asli Jakarta yang bergerak di bidang sosial budaya. Organisasi ini diirikan pada 1927, atau satu tahun sebelum Sumpah Pemuda digalakkan. Pendirinya adalah Mohammad Tabrani.

9. Jong Timoreesch Verbond

Organisasi ini beranggotakan pemuda-pemudi yang berasal dari daerah Timor (Nusa Tenggara Timur). Jong Timoreesch Verbond bertujuan mempersatukan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda pelajar yang berasal dari Karesidenan Timor.

 

Sumber:

Sagimun. 1989. Peranan Pemuda: Dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi. Jakarta: Bina Aksara


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *