178

Azim pemuda yang sering bangun kesiangan pengen ikut kegiatan seminar, ditinggal ama temennya Buco yang langsung aja ngeloyor pergi ikut kegiatan pembekalan teroris di Walikota Jakarta Selatan.

Mpok Neneng warga Kampung Petukangan kaget bukan kepalang ngedenger anak Bang Nasir kata orang-orang terlibat teroris dan ketangkep di luar negeri. Selain itu juga, Mpok neneng bingung, apa sih teroris?

Langsung aja Azim nyamber lantas aja ngejelasin apa arti teroris,teroris itu salah satu kelompok yang diem-diem bikin bom bunuh diri dan mati sangit eh mati syahid. Sementara Buco yang ikut pembekalan malah bingung, karena dia tadi pagi di kegiatan pembekalan teroris cuman tugas moto doangan.

Kong Dasik ama Bambang ngikut nimbrung. Mereka ngejelasin bahwa dulu di tahun 1968 mereka pernah nimbrung ama gerakan radikalisme di daerah Balaraja, Banten. Tiba-tiba aja kagak ada angin kaga ada ujan lantas aja Bang Nasir ama istrinya Mpok Nikmah histeris karena ngedenger dan ngeliat anaknya ketangkep sebagai teroris di Mesir.

Bang Nasir bingung dan kaga abis pikir kalo anaknya terlibat teroris. Sebab, anaknya rajin banget sholat dan pinter ngaji. Oleh karena itu Bang Nasir menghimbau kepada masyarakat bahwa harus ati-ati ngurusin anak, jangan kaya anaknya yang tak disangka tak dinyana ternyata terlibat jaringan teroris.

Demikian Ringkasan Cerita Lakon Keluarga Teroris yang disimulasikan disela kegiatan Fokus Grup Diskusi Anti Terorisme Bagi Pelaku Seni Tradisi Betawi, diselenggarakan oleh Kelompok Diskusi Pencegahan Terorisme Kota Administrasi Jakarta Selatan (21/08), di Sasana Krida Karang Taruna Kel. Petukangan Selatan, Jl. Kemajuan 27 A, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Nasir Mupid, Pimpinan Sanggar Seni Budaya Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena menjelaskan bahwa dengan kondisi kini, kami pelaku seni tradisi Betawi sangat merindukan pementasan. Oleh Karena itu kaitannya dengan kegiatan fokus grup diskusi bahaya terorisme kepada pelaku seni ini, kami sangat berharap untuk kedepan lebih intens lagi dan bahkan ada aksi nyata seperti misalnya pentas keliling mensosialisasikan bahaya terorisme kepada masyarakat secara langsung melalui pentas seni tradisi Betawi. Insya Allah ini merupakan suatu pekerjaan yang rutin buat kami, sehingga kami bisa lebih keras lagi lebih mengoptimalkan pemikiran ide kami, bagaimana mensosialisasikan tentang bahaya terorisme bagi masyarakat.

Apabila kami diberikan waktu lebih 10-15 menit dari waktu yang diberikan pada kegiatan ini, kami yakin akan mampu dan sanggup untuk mengaplikasikan sosialisasi bahaya teroris ditengah masyarakat melalui medium seni pertunjukan teater tradisi Betawi, jelasnya.

Dikesempatan yang sama Baher, Pelaku Seni Tradisi Betawi Lenong Bintang Timur mengatakan bahwa pencegahan bahaya terorisme itu sebetulnya sangatlah mudah dan gampang, bila semua elemen masyarakat termasuk pelaku seni tradisi Betawi didalamnya bersinergi dengan aparat pemerintah, TNI/Polri serta aparat berwenang lainnya melakukan tindakan preventif tentang bahaya teroris kepada masyarakat, terutama pelaku seni tradisi Betawi. Salah satu contoh untuk mengatasi hal tersebut, bagaimana kegiatan yang dilakukan pemerintah dengan pelaku seni tradisi Betawi dapat berkelanjutan dan diharapkan tidak berhenti sampai hari ini.

Dengan demikian kami kami berharap tidak salah langkah dan terhasut dengan propaganda yang gencar dilakukan oleh kelompok teroris. Apa jadinya nanti bila propaganda kelompok teroris sudah menjalar ke sendi-sendi budaya dan tradisi masyarakat, harapnya. (ziz)

Categories: _kontenlama