Hmm….. Lailaha il lah hu

 Hmm….. Lailaha il lah hu

Hoya-hoya, sartre e hala lem halla

Lahoya hale lem hehelle la enyan-enyan

Ho lam an laho

Bagi siapa saja yang sudah pernah melihat pertunjukan tarian Saman, sudah tentu mendengar lantunan syair ini pada saat awal digelarnya tarian Saman. Akan tetapi pastilah tidak semua orang yang menyaksikan pertunjukan tarian Saman paham dengan arti dari syair yang dilantunkan dalam bahasa Gayo tersebut. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya seperti ini: “Hmm….. tiada Tuhan selain Allah, Hmm….. tiada Tuhan selain Allah, Begitulah-begitulah semua kaum bapak, Begitu pula kaum ibu nah itulah-itulah, tiada Tuhan selain Allah.”

Dari terjemahan ini dapat disimpulkan bahwa tari Saman ini juga tidak terlepas dari pengaruh Islam, sebagaimana dengan kesenian lainnya yang berasal dari Aceh. Hampir semua seni dan kesenian dari Aceh itu terdapat pengaruh Islam. Secara nasional, seni dan kesenian yang terdapat pengaruh Islam di dalamnya bukan hanya pada seni dan kesenian di Aceh saja.

Sebagaimana kita ketahui tentang cerita dakwahnya para Wali Songo di Pulau Jawa yang menggunakan seni dan kesenian sebagai sarana di dalam mendakwahkan ajaran-ajaran Islam. Di dalamnya terjadi akulturasi dua kebudayaan, antara Islam yang datangnya dari Jazirah Arab dengan kebudayaan lokal di nusantara pada masa itu. Walau pengaruh Islam di dalam masalah berkesenian masyarakat di Nusantara itu lebih terasa dan terjaga di Aceh jika dibandingkan dengan daerah lainnya di nusantara, toh kita tetap Indonesia, dan kita mestilah jujur mengakui bahwa ada pengaruh Islam/Arab di dalam kebudayaan kita.

Jika kita merujuk kepada sejarah awal munculnya tarian Saman, ada fakta yang semakin menguatkan terhadap pengaruh Islam di dalam tarian Saman. Pada awalnya tarian ini merupakan bagian dari aktivitas sebuah aliran tarikat, yakni tariqat Sammaniyah. Tariqat atau tarekat berasal dari lafaz Arab, tariqah, yang artinya jalan, yang dimaknai sebagai sebuah jalan menuju Tuhan, ilmu batin, dan tasawuf.

Tari Saman merupakan tariannya para kaum lelaki yang tak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat suku bangsa Gayo. Walaupun etnis Gayo mendiami beberapa wilayah di Aceh seperti Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, sebagian Aceh Tamiang, dan Gayo Lues, akan tetapi tari Saman lebih terkenal berasal dari Gayo Lues.

Saman tidak boleh dimainkan oleh perempuan. Secara tradisi jika Saman ditarikan oleh kaum perempuan, tarian tersebut bukan kategori sebagai tari Saman. Seperti diketahui, tari Saman telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Nasional pada 2010 dan sudah menjadi bagian dari Warisan Budaya Milik Dunia yang tercatat di UNESCO sejak 2011.

 

sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/2016/08/24/saman-tarian-para-lelaki-gayo/


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *