Masuk ke Rumah Pengasingan Bung Karno, pengunjung akan dihadapkan langsung dengan pekarangan yang luas dan asri. Siapa sangka, bangunan yang terdiri di atas tanah seluas 40.434m2  itu menjadi tempat bersejarah bagi Indonesia.

Bangunannya pun tak lagi renta dan tua, ada perbaikan sana-sini yang telah dilakukan.  Taman pekarangannya juga terawat. Maklum Rumah Pengasingan Bung Karno menjadi tempat wisata yang cukup populer di Bengkulu.

Jika dilihat dari sejarah bangunannya, Rumah Pengasingan Bung Karno pertama kali dibangun oleh Tjang Tjeng Kwat pada tahun 1918. Tjang Tjeng Kwat dulunya bekerja sebagai penyalur bahan pokok untuk keperluan pemerintah kolonial belanda di Bengkulu. Hingga pada tahun 1938 – 1942 rumah tersebut berubah beralihfungsi menjadi Rumah Pengasingan Bung Karno, sebagaimana kisahnya sekarang. Bangunan ini juga pernah dijadikan sebagai markas perjuangan (Markas PRI), rumah tinggal anggota AURI, stasiun RRI hingga kantor pengurus KNPI Dati I dan II.

Sugrahanudin, juru pelihara Rumah Pengasingan Bung Karno mengungkapkan butuh sekitar beberapa tahun lamanya setelah pemerintah menjadikan tempat tersebut sebagai cagar budaya.

“Sebelumnya sempat disewakan sebelum dijadikan cagar budaya. Waktu itu rehapan pertama masih dalam keadaan kosong, koleksi yang ada di dalam rumah diselamatkan sama teman-temannya Bung Karno. Kami butuh waktu untuk mengembalikan seperti semuanya, mencari barang-barang beliau,” jelas pria yang sudah bekerja sebagai juru pelihara sejak tahun 1985 ini.

Barang-barang yang dimaksud meliputi banyak hal, yakni kasur peninggalan Bung Karno, sepeda kesayangan, koleksi pakaian, meja kerja, lukisan dan benda-benda bersejarah lainnya. Beruntung proses pencarian koleksi benda menjadi lebih mudah karena sebagian yang dicari berada di kerabat dekat mantan presiden pertama Republik Indonesia itu.

“Dulu teman-teman Bung Karno itu masih hidup, termasuk yang menyimpan buku dan alat kostum. Jadi bisa dibilang mereka sangat peduli dan bantu mengumpulkan semuanya,” tambah Sugrahanudin.

Kata Sugrahanudin benda-benda peninggalan Bung Karno tak hanya terletak di wilayah Bengkulu saja, semua tersebar termasuk ada yang di Jakarta. Untuk mengumpulkan barang yang berada di luar Bengkulu, terpaksa harus dijumput langsung ke lokasi.

“Ada yang dari Jambi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Paling jauh setahu saya ada di Jakarta, itu barangnya kami jemput langsung,” tegasnya.

Puluhan tahun menjadi juru pelihara salah satu cagar budaya kebanggaan Indonesia, membuat Sugrahanudin bangga menjadi bagian dari merawat kebudayaan milik bangsa. Apalagi kebanggan itu dapat diukur dengan meningkatnya jumlah pengunjung kala memasuki musim liburan.

“Kalau data pengunjung kita hari libur itu sekitar 1700-2000 per bulan. Kalau momen hari liburan bisa 5000 pengunjung,” tukasnya.


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *