Harga diri Bangsa Indonesia adalah rempah. Sepertinya kalimat tersebut tepat disandang oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, rempah-rempah asli Indonesia, seperti cengkeh, kayu manis, lada hitam, dan terutama pala, pernah menjadi primadona dunia. Bagaimana tidak, sejarah mencatat Maluku menjadi satu-satunya pulau di dunia yang menghasilkan rempah-rempah terbaik dan diburu oleh oleh para pedagang asing. Harga 1 kg cengkeh atau pala pada masanya sama dengan 1 kg emas. Maka tidak heran jika seluruh penjelajah, khususnya Bangsa Eropa berbondong-bondong mencari Asia dengan misi yang sama, memburu rempah-rempah.

Rempah tidak hanya sebatas digunakan untuk kebutuhan jasmani seperti obat atau makanan, namun juga memiiki unsur mistis yang berkaitan dengan tuntutan rohani atau kepercayaan. Masyarakat Mesir dan Roma mempercayai bahwa jenazah yang ditaburi dengan rempah-rempah memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat. Hal ini berhubungan juga dengan status sosial masyarakat zaman dahulu yang ditentukan oleh seberapa banyak rempah yang dimiliki. Ada 170 sekian macam rempah-rempah di dunia, namun yang memiliki nilai jual tinggi hanya Cengkeh, Pala, Kayu Manis, dan Lada Hitam, yang seluruhya hanya dapat ditemukan di Indonesia.

Karena rempah-rempah incaran para pedagang asing tersebut hanya dapat ditemukan di Nusantara, khususnya Maluku, maka interaksi sosial antar negara dan benua tidak dapat dihindari. Masyarakat Maluku sudah terlebih dahulu mengenal peradaban dunia akibat interaksi sosial dengan para pedagang. Bahkan banyak diantara pedagang asing tersebut melakukan pernikahan dengan masyarakat lokal. Dapat dikatakan, masyarakat Maluku pada saat itu sudah lebih modern dibandingkan  masyarakat Nusantara lainnya. Dunia pun berubah. Interaksi sosial kemudian tidak hanya sebatas pada interaksi lokal semata, namun juga antar negara dan benua. Semua karena rempah.

 


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *