8

Naskah kuno tidak hanya merupakan bukti peninggalan sejarah. Juga mengandung banyak ilmu pengetahuan, di antaranya filsafat, kesenian, arsitektur, serta kepemimpinan.

Di Indonesia, konservasi terhadap naskah kuno nusantara ini belum banyak mendapat perhatian. Berbeda dengan beberapa negara lain yang sudah melakukan upaya penyimpanan dan perawatan dengan suhu dan tempat tertentu.

Kendati demikian, ada beberapa tempat di Indonesia yang sudah melakukan upaya konservasi naskah kuno nusantara ini. Salah satu contohnya adalah Kadiparen Pura Pakualaman Yogyakarta. Mereka menuangkan teks naskah kuno dalam motif-motif batik. Menurut Pengurus Perpustakaan Pura Pakualaman Sri Ratna Sakti Mulya, penuangan teks naskah kuno dalam motif batik ini adalah upaya untuk melestarikan cagar budaya tersebut.

Teks naskah kuno yang dituangkan dalam motif batik ini akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh generasi penerus. Tak hanya sekedar motif batik saja, teks yang dituangkan ini juga dirancang sesuai dengan cerita asli serta filosofi yang akan diberikan, paparnya di Yogyakarta, beberapa hari lalu.

Namun, belum semua teks naskah kuno dituangkan dalam motif batik. Karena pihaknya perlu melakukan kajian terlebih dahulu sebelum menuangkannya dalam kain. Kajian sendiri perlu menggandeng beberapa ahli yang paham tentang naskah tersebut.

Selain dituangkan dalam motif batik, Pura Pakualaman menuangkan naskah kuno ini dalam bentuk buku. Karya-karyamasterpiece-nya yang berisi ajaran-ajaran leluhur dibedah dengan bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak umum. Seperti buku bertajukAjaran Kepemimpinan Asthabrata Kadipaten Pakualaman” yang bersumber dari naskah Pakualaman Sestrodisuhul yang berisikan kisah nabi, raja-raja jawa, wali dan pandawa lima.

Sementara itu, konservasi naskah kuno nusantara juga dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dengan melakukan digitalisasi pada 300 naskah (manuskrip) kuno. Menurut Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Osman Faturrahman, digitalisasi naskah kuno merupakan kegiatan yang perlu dilakukan terus menerus agar naskah kuno tetap terjaga dan dilestarikan.

Pengaruh cuaca biasanya menjadikan naskah mudah menjamur sehingga manuskrip asli rentan rusak. Belum lagi ada bencana alam yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, paparnya.

Ia menambahkan, Manassa juga merestorasi kurang lebih 5.000 manuskrip yang telah diubah dalam bentuk digital. Termasuk sebuah manuskrip Melayu berhuruf Palawa dari abad 14.

Manuskrip yang mengalami proses penggandaan ke digital sangat bervariasi termasuk karya pujangga Ronggowarsito serta naskah-naskah babad. Setelah proses digitalisasi dilakukan maka rencananya akan disimpan dalam Museum Nasional.

Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso memberikan apresiasi yang tinggi atas kepedulian Kadipaten Pura Pakualaman terhadap naskah kuno nusantara. Ia berharap naskah dalam koleksi perpustakaannya terus dirawat dan dimanfaatkan secara optimal lewat penelitian akademis. Kemudian disosialisasikan kepada khalayak umum, salah satunya lewat buku.
(Olivia Lewi Pramesti)

Categories: _kontenlama