211

Bandung Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI meresmikan Kongres Kesenian Indonesia (KKI) III di Grand Royal Penghegar, Bandung, Rabu (2/12/2015). Dalam sambutannya, Anies menyampaikan KKI saat ini sudah bukan lagi dikelola oleh pemerintah, melainkan di tangan masyarakat. Bila dulu KKI dikelola oleh pemerintah, saat ini kita bisa melihat sendiri, bahwa KKI sudah dikelola oleh masyarakat, khususnya oleh para seniman berbakat Indonesia, ujar Anies.

Dalam kesempatan ini, lanjutnya, saya ingin menggarisbawahi hal penting yang perlu kita ingat. Pemerintah benar-benar ingin menjadi fasilitator, seperti contohnya kegiatan FFI beberapa waktu lalu. Dalam kegiatan tersebut, pemerintah bertugas menjadi fasilitator yang mewadahi sineas dan orang-orang kreatif di bidang film menyelennggarakan kegiatan tersebut. Pemerintah hanya memiliki SOP, sementara orang-orang kreatif memiliki banyak ruang yang luas dan bebas. Demikian halnya dengan KKI ini, kami hanya mewadahi, silahkan bapak dan ibu sekalian untuk berkreasi, paparnya. Pembukaan KKI ini ditandai dengan dipencetnya tombol alarm bersama oleh Mendikbud, Dirjen Kebudayaan, dan Wakil Gubernur Jawa Barat.

Tak sampai di situ, pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud yang membawahi Direktorat Kesenian, membuka seluas-luasnya ruang untuk gagasan dan aspirasi yang selanjutnya akan diterjemahkan dalam bentuk roadmap atau strategi kegiatan kebudayaan untuk Indonesia.

Kongres ini bukan sekedar untuk menengok ke belakang, tetapi juga mengantisipasi tentang apa yang akan terjadi di masa depan, khususnya di bidang seni dan budaya. Sebab budaya adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan suatu bangsa, Anies melanjutkan.

Seperti diketahui, Kongres Kesenian Indonesia (KKI) tahun 2015 merupakan kongres ketiga, setelah yang pertama tahun 1995 dan kedua 2005. ‘Kesenian dan Negara dalam Arus Perubahan’ menjadi tema yang dipilih pada KKI 2015 ini. Tema ini dipilih didasarkan kepada beberapa pertimbangan. Pertama, fakta bahwa berbagai perubahan yang sangat dinamis kini tengah berlangsung di tengah-tengah masyarakat, baik dalam konteks kehidupan berbangsa, maupun berkesenian.

Kedua, bahwa selama ini politik kesenian yang dijalankan pemerintah sebagai penyelenggara kekuasaan Negara sesungguhnya tidak pernah jelas. Ketiga, dari kecenderungan yang berkembang, terbaca betapa sesungguhnya gerak perubahanakan sangat mungkin menjadi didayagunakan oleh bangsa ini terutama bagi upaya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas, kompetitif, terbuka dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain, serta mampu memberikan kontribusi pada perkembangan peradaban dunia.

Nantinya dari tema tersebut, akan terbagi lagi menjadi empat subtema sebagai breakdown untuk menjadi pembahasan dalam KKI III-2015. Di antaranya ialah Politik Kesenian dalam Perspektif Negara, Kesenian, Negara, dan Tantangan di Tingkat Global, Pendidikan Seni, Media, dan Kreativitas, dan Seni dalam Pusaran Kompleksitas Kekinian.

Kendati demikian, ada banyak harapan dari terselenggaranya KKI kali ini. Setidaknya, dari kongres ini memberi ruang untuk tiga hal, yakni mendorong tumbuhnya kreativitas, menumbuhkan kebhinekaan, dan menumbuhkan ruang untuk mempertahankan inklusivitas. Saya berharap, KKI 2015 bisa menyentuh komponen-komponen itu, bukan demi kepentingan saat ini saja, tetapi juga masa depan Indonesia, tukas Anies.

Categories: _kontenlama