Massomba Tedong berarti membersihkan atau menyucikan kerbau yang dipersembahkan. Ini merupakan sub upacara dalam upacara Merauk Padang (menombak kerbau) dan menjadi upacara tingkat tinggi yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-menurun dan masih berjalan hingga kini.

Dalam upacara ini dikorbankan seekor kerbau hitam maupun bercorak, gemuk nan tambun. Sang tomassomba, yakni orang yang melaksanakan kegiatan Massomba Tedong, akan menjelaskan dari mana kerbau berasal. Ia lalu membersihkan kerbau dan disusul dengan mengorbankannya. Namun sebelumnya kerbau dibiarkan diadu terlebih dahulu.

Semua syarat-syarat tersebut dilakukan sebelum kerbau dihadapkan kepada Puang Matua, Ilah dan Dewata. Tentu dengan lantunan hymne atau kata-kata puitis dalam bentuk prosa lirik. Tujuannya agar Puang Matua, Ilah dan Dewata bersedia menerima kerbau sebagai korban persembahan. Sanjungan ini juga menjadi bagian dari ucapan syukur kepada Puang Matua agar segala pemberiannya, permohonan keselamatan umat manusia, kekayaan, keamanan dan kelimpahan.

Seluruh isi hyme Massomba Tedong mengandung makna dan sistem pola berpikir orang Toraja. Termasuk sistem kepercayaan dan kemasyarakatan sebagai falsafah hidup serta kehidupan suku bangsa. Ini menjadi pegangan dan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku di masa kini. Jika ditarik benang merah, dalam berbagai upacara adat, tradisi kehidupan dan sosial justru menggambarkan pola kebudayaan Toraja secara keseluruhan.

Bagi masyarakat Toraja kerbau-kerbau yang sudah disucikan dan dipersembahkan kepada Puang Matua, Ilah dan Dewata diharapkan mampu menangkal musibah terhadap pelaksanaan upacara,untuk kesuburan lembah persawahan  hingga menjadi kendaraan bagi arwah menuju puya (antara dunia arwah atau akhirat).

 


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *