Satu temuan baru di lingkungan Banten Lama telah diketemukan berkat informasi masyarakat. Lokasi temuan berada di arah selatan dari Benteng Keraton Surosowan, di sebelah timur arah Pengindelan Emas, cukup dekat dengan jalan utama dari Keraton Kaibon ke arah benteng Keraton Sorosowan, masuk dalam wilayah Kampung Sukadiri, Desa Banten. Posisi lahan dimana makam berada, cukup dekat dengan lahan yang sedang dikerjakan Dinas PU Provinsi Banten yang sedang membuat terminal baru untuk kendaraan pengunjung Kawasan Situs Banten Lama.

Temuannya adalah satu makam yang ditandai oleh dua batu nisan yang diletakkan dengan orientasi utara-selatan. Nisan tersebut terbuat dari batu berwarna coklat yang dibentuk dengan pembagian menjadi bagian kepala, badan, dan kaki nisan. Bagian kepala nisan batunya dibuat cenderung pipih. Sisi muka yang menghadap selatan diguratkan atau dipahatkan hiasan kurawal pada bagian tepiannya. Di bagian bawahnya terdapat permukaan yang berdenah empat persegi panjang dengan sejumlah guratan yang membentuk aksara Jawa Baru. Dibatasi oleh profil di bagian bawah dari permukaan yang beraksara Jawa Baru adalah bagian badan nisan. Permukaan badan nisan memiliki hiasan unik berbentuk gambar manusia yang jika diperhatikan menyerupai perempuan dengan baju panjang, kakinya tidak terlihat. Terdapat guratan angka di profil bagian bawah yang memisahkan bagian badan nisan dengan kaki, yaitu 1899. Selain nisan, hanya berjarak beberapa meter di sisi timurnya terdapat struktur susunan bata dari satu bangunan yang memanjang utara-selatan.

Jika berhubungan dengan makam, pertanyaan yang pertama muncul adalah, “makam siapa”? Pertanyaan itu terjawab dengan membaca aksara Jawa Baru yang tertulis pada kepala nisan, yaitu Katijah. Nama tersebut kemungkinan memiliki hubungan dengan guratan berbentuk perempuan pada badan nisan. Kesimpulan hubungannya adalah makam tersebut adalah makam perempuan bernama katijah yang meninggal pada tahun 1899 seperti yang tertulis pada batu nisannya.

Apa hubungan makam dengan struktur bata di sisi timurnya? Sementara dapat dikatakan bahwa struktur bata dengan makam berada pada level stratigrafi tanah yang sama, sehingga dapat diduga “berasal dari masa yang sama”. Memperhatikan pada bata dan bahan yang digunakan sebagai spesinya pada struktur sisa bangunan batanya, spesi bata menggunakan campuran pasir, kapur, dan sedikit pasir merah. Meskipun keras, campuran bahan spesi tidaklah sama dengan bahan yang digunakan pada sejumlah bangunan yang berasal dari masa Kesultanan Banten di abad 17 M. Teknik pemasangan bata pun berbeda. Level dan stratigrafi tanahnya berasal dari masa yang lebih kemudian daripada Kesultanan Banten, sehingga struktur bangunan di sisi timur makam dapat diduga juga merupakan sisa satu bangunan dari abad 19 M. Hal tersebut kemungkinan juga dapat  dihubungkan dengan budaya yang umum ada di masyarakat sejumlah daerah, termasuk di Banten, seringkali jenazah anggota keluarga dimakamkan di halaman rumahnya.

Oleh sebab itu nisan makam sangat berbeda karena memiliki gambaran manusia pada permukaannya. Hal tersebut tidak lazim pada budaya masyarakat Islam yang melarang penggambaran makhluk hidup sebagai hiasan, apalagi pada nisan makam. Selain dari masa yang berbeda dengan masa Kesultanan Banten dimana nilai-nilai budaya sedikit bergeser, kemungkinan ada latar belakang lain yang menyebabkan adanya penggambaran manusia pada nisannya.

 

 

(Admin: Handini Dwifarhani)

Sumber: BPCP Banten


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *