198

Serang Pagi ini, Jumat (30/10/2015), belasan peserta ekspedisi telah gagah bersepatu boots anti air, berkaos hitam yang bertuliskan Ekspedisi Sungai Cibanten, serta topi hitam. Mereka hendak menelusuri Sungai Cibanten. Dengan berkendara truk, mereka begitu bersemangat untuk melakukan ekspedisi. Tim yang bergabung mayoritas lelaki, hanya satu wanita saja yang tampak dalam tim tersebut.

Pukul 08.30 Ekspedisi Sungai Cibanten dimulai. Tim ekspedisi pun menelusuri jalan setapak untuk sampai ke Sungai Cibanten. Setelah sampai, para tim mulai meneliti sebuah wilayah dan menemukan bunker. Para tim mulai mengamati dan meneliti bunker tersebut. Beberapa orang lain, meneliti tepi sungai dan mengamati sampah yang mengambang di sungai.

Miris rasanya melihat sungai yang dahulu merupakan jalur perdagangan dan pasti ramai dikunjungi pedangang dan pembeli dan sekarang kita hanya dapat menemui timbunan sampah yang mengakibatkan aliran sungai tersumbat dan keruh.

Setapak demi setapak, para peserta menelusuri sungai. Selain bunker, para tim juga temukan serpihan batuan jaman dahulu, makam yang diduga buatan orang jaman dahulu karena berbentuk panjang dan terbuat dari batu bata, serta wilayah yang dibendung oleh penduduk untuk tambak.

Berbagai temuan tersebut dicatat oleh para tim untuk kembali diteliti dan dianalisis demi perbaikan Sungai Cibanten. Salah satu peserta memberikan pesan terkait kegiatan ini, Untuk generasi muda, ayo cari tau asal muasal daerah kita. Jangan hanya melihat dari sisi keindahannya saja tapi juga liatlah sisi lain kehidupan yang memang harus lebih diperhatikan kembali, ujarnya.

Setelah 2 km berjalan, ketua tim melakukan rehat karena mereka harus segera beranjak solat Jumat. Saat para tim hendak bersiap-siap menuju ke atas, tampak seorang anak laki-laki menghampiri kami sambal menggenggam ular. Kami pun penasaran dan bergegas mendekati anak paruh baya tersebut. Tampak dalam genggamannya ular sedang melilit jemarinya.

Ini saya dapat dari sini Pak, ujarnya kepada salah satu peserta. Anak tersebut bercerita bahwa ia dan teman-temannya seringkali menemukan ular di Sungai Cibanten. Bahkan ia sempat mengajak kami untuk mengunjungi kediamannya untuk menunjukkan ular sanca sepanjang 4 M hasil tangkapannya di Sungai Cibanten. Di sini banyak ditemuin ular, batunya diangkat banyak deh tuh ular-ular kecilnya. Terus juga kadang sering gelantungan di dahan pohon rimbun itu, ujar anak itu sambil menunjuk pohon rimbun yang terdapat di belakang para peserta.

Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 27 Oktober hingga 1 November ini tentu memiliki tujuan dan manfaat yang baik. Salah satunya adalah mengembalikan fungsi Sungai Cibanten seperti sedia kala dan dapat melestarikan temuan purbakala.

Categories: _kontenlama