Lukisan Kanjeng Ratu Kidul, sang legenda yang juga kerap disebut sebagai Ratu Pantai Selatan merupakan salah satu karya Basoeki Abdullah yang legendaris. Begitupun dengan kisah-kisah yang mengiringinya.

Menurut Handini, keponakan Basoeki Abdullah, sebutan yang benar dari lukisan yang dibuat oleh pamannya adalah “Kanjeng Ratu Kidul.” Namun masyarakat kadung mengenal judul lukisan Sang Ratu Pantai Selatan ini dengan Nyai Roro Kidul. Karya ini dilukis berdasarkan model. Kelincahan goresan dan gerak nampak dalam mewujudkan objek dan latar belakang yaitu deburan ombak yang sangat fantastis. Objek dalam lukisan ini sekaligus berperan sebagai subjek yang ditampilkan dalam proporsi seimbang, menampilkan gaya realis dengan tema legenda.

Hal ini dapat dilihat antara posisi figur sebagai sosok sentral keluasan lingkungan ruang. Penggunaan warna gelap pada objek dan latar yang terang memperlihatkan penguasaan cahaya yang baik. Pose Kanjeng Ratu Kidul memperlihatkan proses penampakan Sang Ratu yang digambarkan secara imajinatif. Warna-warna yang digunakan adalah: hitam, biru, merah tua, kuning putih dan oker (cokelat tanah). Teknik mencampur warna sangat dikuasai sang pelukis, sehingga nuansa warna berlangsung dengan seimbang.

Penggunaan warna disesuaikan dengan realitas objek, walaupun nampak adanya kesan romantis. Warna-warna tersebut memiliki daya pikat yang kuat. Ditinjau dari segi komposisi, unsur-unsur dalam lukisan tersebut sudah Nampak adanya kesatuan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa lukisan ini cukup menarik penuh keindahan.

Masyarakat Jawa percaya adanya “penguasa kerajaan laut selatan” yang konon kabarnya mempunyai kekuatan gaib yang dapat menolak maupun mendatangkan bencana besar. Apabila akan menghadapi pekerjaan besar, Basoeki Abdullah selalu memerlukan datang ke pantai Parangtritis, mencari wangsit (petunjuk) dari Kanjeng Ratu Kidul yang juga disebut sebagai Nyai Roro Kidul. Semenjak remaja Basoeki Abdullah menganal mitos kerajaan Laut Selatan, bahkan pada waktu menerima berita tentang beasiswa ke Belanda, Basoeki Abdullah baru saja pulang dari Parangtritis. Sehingga pengalamannya menyendiri ke pantai selatan tersebut dapat dianggap sebagai upaya supranatural yang selalu mendorong kesuksesannya.

Dalam lukisan ini terlihat Nyai Roro Kidul digambarkan sebagai sosok perempuan Jawa yang cantik, muncul dari deburan ombak laut, serta cahaya di belakangnya memperlihatkan suasana mistis memunculkan kesan misteri pada lukisan ini. Komposisi warna, cahaya, serta sentuhan jingga pada percikan air laut menyempurnakan lukisan ini.

Mengenai asal-usul tokoh perempuan yang kemudian menjadi mitos terkenal tersebut masih belum jelas benar. Ada sementara pendapat yang menyatakan bahwa Nyai Roro Kidul berasal dari puteri Sunda dalam era perkembangan kerajaan tersebut (abad ke 13-15 M), ada juga yang menyatakan berasal dari masa Islam di Jawa, dan R.M.Ng. Poerbatjaraka pernah menyatakan bahwa Ratu Kidul berasal dari zaman yang lebih tua, dalam masa awal masuknya agama Hindu-Buddha di Jawa.

Tokoh Nyai Roro Kidul disakralkan dan dihormati karena memiliki berbagai kekuatan supranatural, terutama penguasaannya atas Samudera Selatan (Samudera Indonesia) di Selatan Jawa. Nelayan sepanjang pantai Jawa Selatan memuliakannya dengan mengadakan selamatan setiap tahun, tujuannya selain untuk ungkapan terima kasih dan memohon berkah, juga meminta perlindungan dari Nyai Ratu maknakala mereka pergi melaut.

Lukisan Nyai Roro Kidul yang sangat terkenal juga dibuat oleh Basoeki Abdullah. Lukisan dengan sikap sang Ratu sedang berdiri di tengah gejolak gelombang samudera yang mengitarinya. Tangan kiri dilukiskan sedang memegang buih gelombang samudera. Perhiasan yang dikenakannya digambarkan sederhana hanya kalung, tubuhnya ditutup kain berwarna hijau hingga batas dada. Posisi Nyai Roro Kidul yang berada di tengah laut dan dikelilingi ombak dapat dipandang sebagai simbol bahwa tokoh tersebut merupakan penguasa sentral dari Samudera Selatan. Dalam pada itu di sekitar kepala sang ratu digambarkan tirai gelombang yang seakan-akan melingkari kepalanya. Basoeki Abdullah dalam hal ini hendak menggambarkan lingkaran kekudusan yang bersifat supranatural yang dikenal dengan ikon-ikon Kristiani yang dinamakan hallo, atau sirascaka dalam arca Hindu-Buddha.

 

*Dikembangkan dari Buku Lukisan Basoeki Abdullah, Tema Dongeng, Legenda, Mitos dan Tokoh.

 

 

Sumber: Museum Basoeki Abdullah

Categories: Featured

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *