215

Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerja sama dengan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) kembali menyelenggarakan Konser Karawitan Muda Indonesia (KMI) yang kesembilan, Jumat (4/11/2015). Hal tersebut disampaikan oleh Edi Sedyawati Inisiator KMI dalam jumpa pers, sore ini di Kemdikbud Jakarta.

Menurut Edi, Konser KMI merupakan upaya melestarikan budaya seni tradisional Indonesia. Kata karawitan awalnya merujuk hanya pada seni musik tradisional Indonesia. Awalnya, saya dan Arief Rachman melihat dan prihatin, anak-anak Indonesia seperti diracuni musik-musik dari barat. Melalui konser ini, kita ingin mengenalkan, sekaligus mengembalikan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap kesenian yang kita miliki, paparnya.

Konser ini, lanjutnya, diharapkan dapat menjadi momentum untuk menggerakkan tumbuhnya kecintaan para pemuda Indonesia terhadap khasanah musik warisan bangsa sendiri. Konser ini juga menjadi upaya melestarikan musik-musik tradisi bangsa agar terhindar dari kepunahan, lanjut Edi.

Senada dengan Edi, Arief juga menyatakan hal yang sama. Kita tidak bermusuhan dengan musik manapun. KMI lahir karena adanya kerisauan dimungkinkannya kepunahan musik tradisi Indonesia. Kita pernah mengalami, saat menggelar satu musik karawitan di suatu daerah, saat mencari penyanyinya, ternyata hanya tinggal satu dan sudah berusia 70 tahun. Jadi, kalau beliau meninggal dunia, habislah warisan karawitan di daerah itu, Arief menjelaskan.

Dalam gelaran Konser Karawitan Muda Indonesia besok, akan ada sembilan kelompok penampil yang beranggotakan mayoritas anak muda dari seluruh provinsi di Indonesia di antaranya Rabab Piaman dari Minangkabau-Sumatera Barat, Gong Waning dari Maumere-NTT, Rawa Mbojo dari NTB, Totobuang Manare dari Maluku, Sakalemu dari Kalimantan Tengah, Yosim Pancar dari Papua, Angklung Caruk dari Jawa Timur, Kobbi Tallua dari Sulawesi Selatan, dan Semah Kajang dari Kepulauan Riau. Konser ini turut didukung oleh para seniman Indonesia lainnya, seperti I Gusti Kompyang Raka, Dwiki Dharmawan, dan Jabatin Bangun.