Provinsi Jambi, yang sudah memasuki usai ke 60 pada tahun 2017 yang lalu, memiliki rumah adat yang bernama Rumah Panggung. Rumah ini masih banyak dijumpai di Kota Jambi, tepatnya di Jambi Kota Seberang. Pada umumnya, Rumah Panggung Jambi digunakan sebagai hunian atau tempat tinggal dari generasi ke generasi.

Apa yang menyebabkan Rumah Panggung Jambi begitu tahan berdiri kokoh tak termakan waktu? Salah satu rahasianya adalah dari kayu yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan rumah. Kayu yang dipakai untuk menopang badan rumah umumnya adalah Kayu Bulian dan Kayu Tembesi. Dua jenis kayu tersebut dapat menopang rumah tempat kediaman pemiliknya sampai bertahun-tahun, bahkan hingga selamanya. Di Pulau Kalimantan, Kayu Bulian juga disebut sebagai Kayu Ulin.

Bagian bawah Rumah Panggung, oleh masyarakat kerap dijadikan sebagai gudang penyimpanan kayu untuk keperluan pesta, garasi kapal, atau juga warung-warung kuliner sore seperti tekwan. Tidak jarang pula dijadikan sebagai kandang hewan unggas, seperti ayam atau bebek. Mengapa setiap rumah memiliki sampan? Karena di kawasan Jambi Kota Seberang kerap terjadi banjir tahunan akibat luapan air Sungai Batang Hari ketika memasuki musim hujan. Bahkan banjir besar kerap terjadi setiap siklus 4 tahunan. Itu mengapa rumah masyarakat Jambi berbentuk rumah panggung.

Memasuki ke dalam rumah, pemilik harus menaiki tangga yang rata-rata jumlahnya sebanyak belasan anak tangga. Selepas tangga, akan ada beranda yang biasa digunakan oleh pemilik rumah untuk bercengkaram atau sekedar menikmati hari. Di beranda ini terdapat pintu masuk rumah yang jika ditarik garis lurus akan membentang lurus dari tangga masuk, pintu utama, hingga pintu-pintu koridor lainnya di dalam rumah sampai ke pintu belakang rumah. Ukuran pintu utama Rumah Panggung Jambi berukuran lebar, setidaknya pas untuk dijadikan pintu keluar masuk keranda jenazah.

Di bagian dalam rumah terbagi menjadi beberapa ruangan besar. Dimulai dari ruang paling depan, yaitu ruangan untuk menerima tamu, lalu ruangan tengah yang berukuran lebih besar dari ruang tamu, dimana ruangan ini biasa digunakan sebagai ruangan untuk mengadakan pertemuan besar seperti acara adat atau pengajian, lalu dilanjutkan dengan ruang santai tempat keluarga berkumpul, kemudian ruang tengah yang terbuka, dimana ruangan ini dikhususkan untuk ruangan menjemur pakaian, padi, dan juga dapur, baru setelahnya adalah pintu belakang tempat pemilik rumah biasa meletakkan barang-barang yang tidak terpakai disana.

Masyarakat Jambi adalah masyarakat dengan kehidupan agama Islam dan Melayu yang masih kuat. Hal ini terlihat dari dilarangnya anak perempuan yang belum menikah untuk berada di 2 ruangan paling depan di rumah tersebut. Anak-anak perempuan harus berada di ruang tengah yang terbuka dan tidak berkontak langsung dengan laki-laki yang tidak ada hubungan kekerabatan.

Rumah Panggung Jambi juga menjadi simbol dari hubungan keluarga yang sangat erat. Hal ini ditandai dari hak waris rumah yang turun kepada anak perempuan. Jika anak laki-laki sudah dewasa dan menikah, mereka diharuskan untuk keluar rumah, ikut tinggal bersama keluarga besar istri atau pihak perempuan, atau akan lebih baik lagi jika mereka membangun rumahnya sendiri untuk ditinggali oleh generasi-generasi penerus.


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *