Achmad Sopandi Hasan lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 15 Februari 1958. Sejak kecil gemar bertualang mendaki gunung, menguak belantara, menjelajah budaya etnik, menelusuri gua, dan membidik bintang mengarungi samudra. Baginya melukis ya melukis, yang pasti setiap petualangan bisa melahirkan karya. Sejak tahun 1975 aktif pameran tunggal dan pameran bersama di Indonesia, dan belahan dunia lainnya dengan mengusung tema etnik. 1974, mulai meleburkan diri dengan komunitas Baduy, di desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak, Banten.

Ia menempuh pendidikan Sarjana Seni Lukis di STSRI “ASRI” Yogyakarta, Master Pendidikan Seni Rupa dan Doktor Pendidikan Seni Rupa di UPSI, Malaysia. Sebagai pelukis, telah banyak melakukan pameran tunggal maupun bersama di dalam dan luar negeri, dengan inspirasi berbagai etnik. Menggunakan bahan-bahan alami dari perut bumi. Aktif di ISEND-UNESCO sebuah komunitas internasional yang kegiatannya berupa simposium, pameran, dan workshop seputar warna alami. Dewan Penasihat Ahli FINSPAC (Federation Indonesian Speleologi Activity), Staf Ahli World Batik Council dan World Craft Council. Dewan Penasehat   Asosiasi Guru Seni Budaya Indonesia.

Selain melukis, ahmad sopandi hasan aktif menulis dan melakukan berbagai riset lukisan gua purba di Indonesia dan belahan dunia lainnya. Ia kerap melakukan perjalanan ke berbagai ceruk-ceruk gua prasejarah dunia untuk melakukan riset, uji laboratorium dan eksperimen dengan menggabungkan “GEOARKEOSENI” (Geologi, Arkeologi dan Seni rupa). Menemukan bahan pewarna alami dari gua-gua purba yang ramah lingkungan dan ramah pengguna. Mengembangkan invensi material haematite (Fe3O2), bahan pewarna alami, berstruktur Nanometer dengan rekayasa nanostruktur mikro untuk aplikasii material bahan pewarna alternatif: lukisan, batik, tenunan, dan kerajinan buatan tangan lainnya.

Penemuannya (Hematisol) telah dipatenkan dan bersertifikat ISO. Hasil temuannya telah dibukukan dan diterbitkan oleh National Art Gallery Malaysia dengan judul “Lukisan Gua di Malaysia”. Beberapa karyanya mendapatkan penghargaan dari International Delphic Games Berlin, Jerman.

Sejak tahun 1982, sampai sekarang ia menjadi guru seni rupa di Universitas Negeri Jakarta (dulu IKIP Jakarta), dengan   mengajar bahan-bahan alami yang aman bagi lingkungan kepada mahasiswa calon guru seni rupa. Pernah mengajar warna alami di Jabatan Seni, Fakulti Seni, Komputer dan Industri Kreatif UPSI; Fakulti Seni Reka UiTM, dan Institut Kraf Negara Malaysia.

JAGAT MOTIF ETNIK

Etnik adalah kekayaan kita yang paling berharga. Etnik adalah belantara yang kita belum dan tak akan pernah kita kenal sepenuhnya. Karya ini merupakan manifestasi dan interpretasinya tentang khazanah motif berbagai etnik, yang sekaligus juga merepleksikan simbol-simbol etnik yang Achmad Sopandi Hasan gali dari berbagai seni purba. Karya ini lahir dari ketertarikannya selama meleburkan diri dengan kehidupan masyarakat pedalaman.

Perburuan motif etnik adalah kegemaran yang ia warisi secara turun temurun dari leluhur. Motif dan pola hias etnik baginya sungguh amat menarik dan yang mendorongnya kemudian untuk menggumuli kebudayaan mereka terus menerus. Ia menjaga intensitas proses kreatifnya dengan melakukan perjalanan ke tanah seribu sungai dan tanah sejuta larangan sambil mempelajari budaya, adat istiadat, bahasa, ritual, warna-warna alam dan terlebih lagi rerajahan dan motif di pedalaman hutan hujan tropik.

 

 

 

Sumber: Galeri Nasional Indonesia

Categories: Tokoh

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *