Istana Rokan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Rokan yang merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berkuasa di daerah Rokan Hulu, Riau. Istana Rokan dibangun dengan gaya arsitektur Melayu Rokan yang khas, dengan ukiran naga-naga yang khas, serta berbagai ukiran bermotif tumbuhan (flora) yang menghiasi sisi tertentu istana. Istana ini diperkirakan dibangun pada abad ke-18 dan telah berusia ± 200 tahun. Di sekitar Istana Rokan juga terdapat perkampungan penduduk dengan suku dan kaum yang terdiri dari: Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Patapang, Suku Maeh, Suku Mandahiling, dan Suku Caniago.

Bangunan tersebut berada pada sebidang tanah yang dipagari. Bentuk bangunan Istana Rokan merupakan rumah panggung yang terlihat pada keberadaan kandang, tiang-tiang yang tinggi dan juga sandi yang berada di bagian bawah tiang. Bangunan Istana Rokan, hampir mirip dengan bentuk rumah tradisional di Minangkabau, namun lengkungan gonjong sangat rendah bilang dibandingkan dengan gonjong pada rumah gadang.

Dari sisi depan sangat terlihat kemegahan dari bangunan, dengan ukuran yang cukup besar dan dilengkapi dengan ornamen yang khas, terutama ukiran hewan naga. Pada sisi depan terdapat 3 tangga masuk berbahan kayu yang masing-masing berjumlah 4 anak tangga. Pada bagian sisi dalam anak tangga dilengkapi dengan hiasan berupa ukiran sulur-suluran. Lantai terbuat dari papan yang memiliki ketinggian 2 meter dari tanah. Jumlah tiang penyangga bangunan berjumlah 18 buah dengan diameter tiang 25 cm. Tiang-tiang luar diberi hiasan tempel ukir-ukiran berbentuk sulur-suluran. Tiang dibagian tangga pintu masuk berjumlah 6 buah pada bagian atas tiang dibentuk seperti kuncup bunga melati dalam 2 tingkatan. Bagian dinding bangunan tingkat bawah dan tingkat atas bermotif polos. Hanya pada list dasar dinding bagian bawah diberi ukir-ukiran.

Bangunan istana bertingkat tiga yang keseluruhan komponen bangunan terbuat dari kayu. Pintu masuk istana terdapat pada bagian timur istana. Pada bagian bawah pintu masuk istana terdapat ornament ukiran berbentuk naga yang saling berhadapan dengan dipisahkan oleh “bunga”.  Untuk masuk istana kita harus melewati tangga yang terbuat dari kayu. Pintu satu lagi terdapat di bagian barat istana, mempunyai tangga dari kayu juga. Lantai pertama dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruangan depan yang berukuran 14,9 x 4,2 meter, dan ruangan belakang yang berukuran 4,1 x 8,9 m. Antara ruangan depan dan ruangan belakang dihubungkan oleh sebuah pintu. Di samping kiri kanan ruang belakang terdapat ruangan kecil (kamar) yang berukuran masing-masing 4,1 x 3 meter. Pada masing-masing kamar dapat sebuah pintu. Jendela yang terdapat pada bangunan tingkat pertama berjumlah 11 buah ,yaitu 4 buah dibagian muka, 1 buah di samping kiri, 1 buah di samping kanan dan 5 buah di bagian belakang. Tinggi ruangan tingkat pertama 3,1 meter.

Tingkat kedua merupakan sebuah ruangan denah empat persegi panjang dengan ukuran 14,45 x 7,8 meter. Ruangan ini tanpa jendela, tanpa dinding. Pada keempat sisi ruangan berbatasan langsung dengan atap seng. Cahaya masuk melalui dua buah atap asbes/plastik yang dipasang sebagai penerang ruangan. Tinggi ruangan ini 2,25 meter.

Sedangkan tingkat ketiga/paling atas merupakan terdapat ruangan yang berukuran 3,1 x 9,2 meter. Tinggi ruangan bagian tengah 4,11 meter, tinggi bagian tepi ruangan 1,92 meter. Terdapat 8 jendela, yaitu bagian muka dan belakang terdapat 3 buah jendela dan bagian samping terdapat masing – masing 1 buah. Jenis jendela adalah kombinasi antara jendela panin dan jendela jalusi. Pada bagian pintu terdapat ornamen berupa hewan naga yang saling berhadapan dengan bentuk yang sedikit panjang bila dibandingkan dengan naga pada pintu masuk Istana. Atap bangunan terdiri dari dua tingkat yang terbuat dari seng. Dua buah atap seng diganti dengan atap transparan sebagai penerang ruangan tingkat kedua.

Selain itu di bagian dinding Istana terdapat ukiran dengan motif naga yang melambangkan raja dan ratu kerajaan tersebut, ukiran juga terdapat pada tiang-tiang beranda serta di setiap bagian anak tangga menuju pintu masuk. ukiran-ukiran ini merupakan akulturasi budaya Minang yang dibuat di bangunan istana kerajaan kecamatan Rokan IV Koto, karena ketahui ukiran bermotif naga merupakan ukiran yang berasal dari budaya Minang dan hampir pada setiap ukiran yang ada di bangunan istana ini terdapat ukiran naga-naga karena ukiran bermotif naga ini adalah melambangkan nilai keindahan dan kekuatan bagi masyarakat Rokan IV Koto yang mengetahuinya.Naga kita ketahui hewan yang indah dan kuat, dengan sebutan juata atau jata dipercaya sebagai simbol penguasa dari alam bawah tanah dan air. Ukiran bermotif naga ini banyak terdapat pada ukiran yang ada pada dinding istana kerajaan kecamatan Rokan IV Koto, karena ukiran naga diyakini memiliki makna yang kuat bagi masyarakat Rokan pada awal mulanya dibangun oleh raja-raja berasal dari Sumatera Barat.

Sumber : BPCB Sumbar

Hasil Daftar Pemutakhiran Data Cagar Budaya Kab. Rokan Hulu Tahun 2018

Netri Falariza “Akulturasi Makna Arsitektur Istana Kerajaan Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu” (Interaksi Simbolik West-Turner) JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli- Desember 2018

 

Categories: Featured

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *