Banten – Film sebagai karya budaya menjadi salah satu media untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas dan berkarakter. Banyak film yang memiliki nilai edukatif kultural, yang dapat dimanfaatkan sebagai media alternatif sarana pembelajaran untuk menjembatani proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar lainnya termasuk film pada suatu lingkungan belajar. Tak hanya media belajar bagi para siswa dalam pendidikan formal di sekolah, melainkan juga pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.

Tak sampai di situ, film juga memiliki potensi untuk dijadikan media pemenuhan salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan, sesuai amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 ayat 1 yang berisi: Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Selain itu, di dalam ayat 4 diamanatkan agar pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Dari situ dapat dilihat, banyak pesan positif yang terkandung dalam sebuah film. Mulai dari keteladanan, membangun motivasi dan inovasi, serta mengembangkan kreativitas peserta didik. Dengan demikian, film dapat menjadi media yang strategis dalam upaya penanaman nilai-nilai karakter bangsa.

Namun muncul pertanyaan, “film seperti apa yang baik untuk ditonton anak?” Direktorat Sejarah yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud memberikan 22 referensi film yang akan ditayangkan pada gelaran Persemaian Nilai Budaya, di 25 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Acara tersebut akan berlangsung di Gedung Serbaguna/GOR pada setiap Kota/Kabupaten, selama 3 hari kerja. Acara dibuka di Aula Catur, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (2/4), oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang didampingi Plt Direktur Sejarah Taufik Hanafi.

Adapun 22 film tersebut di antaranya ialah Cahaya dari Timur, Soegija, Tabula Rasa, 3 Nafas Likas, Hasduk Berpola, Tanah Surga… Katanya, Hafalan Shalat Delisa, Cita-citaku Setinggi Tanah,Sang Pencerah, Guru Bangsa Tjokroaminoto, Sang Kiai, Soekarno, Nagabonar jadi 2, Laskar Pelangi, Battle of Surabaya, Kau dan Aku Cinta Indonesia, Ambilkan Bulan, Malaikat Kecil, Jenderal Soedirman, Ada Surga di Rumahmu, Sebelum Pagi Terulang Kembali, dan K VS K (Kita Versus Korupsi).

Dari film-film tersebut dapat ditarik benang merah, bahwa film yang baik untuk ditonton anak dalam upaya pembentukan karakter pada masa tumbuh kembangnya adalah film yang memiliki unsur edukasi, sesuai dengan karakter dan budaya Indonesia, mengandung nilai ketauladanan, tidak ada unsur kekerasan, dan tidak ada kandungan diskriminatif.

Categories: Film

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *